Bupati Pringsewu Sujadi Saddat Aktif Organisasi Sejak SD
PRINGSEWU (Lampungpro.com): Sosok kharismatik Bupati Pringsewu Sujadi
Saddat mulai aktif organisasi sejak Sekolah Dasar (SD). Semasa menempuh
pendidikan di SDN 3 Bantir, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung,
Jawa Tengah, ia menjadi Gugus Depan (Gudep) Pramuka.
"Saya ingat pernah juara memasak pada perkemahan Pramuka tingkat Kecamatan Candiroto, tahun 1971," kata ayah dari Ahmad Zaini, ini kepada Lampungpro.com via pesan whatsapp, Kamis (21/9/2017) malam.
Pria kelahiran 10 Juni 1960 ini melanjutkan keaktifan organisasi saat menjadi santri di Pondok Pesantren Al-Alsyariyyah Kalibeber Wonosobo. Sujadi dipercaya sebagai bagian keamanan di pondok. Kinerja baik dia membuat Sujadi menjadi bendahara. Terakhir di pondok, ia diamanahkan sebagai lurah.
Alumnus Magister Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung ini pun pernah menjadi Sekretaris Jamiyyatul Huffadz wa Dirosatul Quran. Jamiyyatul Huffadz wa Dirosatul Quran merupakan cikal bakal berdirinya Institut Ilmu Quran (IIQ) yang kini menjadi Universitas Sains Al-Quran (Unsiq) Kalibeber, Wonosobo, Jawa Tengah.
Keaktifan berorganisasi di Pulau Jawa membawa Sujadi dipercaya menjadi Wakil Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Lampung Selatan --kabupaten induk sebelum Tanggamus menjadi daerah otonomi baru.
Warga Kecamatan Pagelaran ini melanjutkan karir organisasi menjadi Ketua Pengurus Cabang (PC) Nahdlatul Ulama (NU) Tanggamus pertama hasil Konferensi Cabang (Konfercab) tahun 1998. Kiprah di NU dilanjutkan Sujadi menjadi Mustasyar PCNU Tanggamus, ini bertepatan ketika Pringsewu menjadi daerah otonomi baru. "Saat ini juga masih jadi Mustasyar PCNU Pringsewu," kata pria low profile ini.
Pria yang kerap disapa Abah Sujadi oleh santrinya ini aktif di NU dengan komitmen memberikan manfaat kepada orang lain. Aktif di NU membuat Sujadi selalu berinteraksi dengan Ulama. Hal ini membuat dia selalu terarah dalam menjalani kehidupan di dunia. "Insya Allah berkah, lahir di NU mati pun di NU," kata mantan ketua MUI Kecamatan Pagelaran ini. (SYAHREZA/PRO2)
"Saya ingat pernah juara memasak pada perkemahan Pramuka tingkat Kecamatan Candiroto, tahun 1971," kata ayah dari Ahmad Zaini, ini kepada Lampungpro.com via pesan whatsapp, Kamis (21/9/2017) malam.
Pria kelahiran 10 Juni 1960 ini melanjutkan keaktifan organisasi saat menjadi santri di Pondok Pesantren Al-Alsyariyyah Kalibeber Wonosobo. Sujadi dipercaya sebagai bagian keamanan di pondok. Kinerja baik dia membuat Sujadi menjadi bendahara. Terakhir di pondok, ia diamanahkan sebagai lurah.
Alumnus Magister Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung ini pun pernah menjadi Sekretaris Jamiyyatul Huffadz wa Dirosatul Quran. Jamiyyatul Huffadz wa Dirosatul Quran merupakan cikal bakal berdirinya Institut Ilmu Quran (IIQ) yang kini menjadi Universitas Sains Al-Quran (Unsiq) Kalibeber, Wonosobo, Jawa Tengah.
Keaktifan berorganisasi di Pulau Jawa membawa Sujadi dipercaya menjadi Wakil Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Lampung Selatan --kabupaten induk sebelum Tanggamus menjadi daerah otonomi baru.
Warga Kecamatan Pagelaran ini melanjutkan karir organisasi menjadi Ketua Pengurus Cabang (PC) Nahdlatul Ulama (NU) Tanggamus pertama hasil Konferensi Cabang (Konfercab) tahun 1998. Kiprah di NU dilanjutkan Sujadi menjadi Mustasyar PCNU Tanggamus, ini bertepatan ketika Pringsewu menjadi daerah otonomi baru. "Saat ini juga masih jadi Mustasyar PCNU Pringsewu," kata pria low profile ini.
Pria yang kerap disapa Abah Sujadi oleh santrinya ini aktif di NU dengan komitmen memberikan manfaat kepada orang lain. Aktif di NU membuat Sujadi selalu berinteraksi dengan Ulama. Hal ini membuat dia selalu terarah dalam menjalani kehidupan di dunia. "Insya Allah berkah, lahir di NU mati pun di NU," kata mantan ketua MUI Kecamatan Pagelaran ini. (SYAHREZA/PRO2)
Komentar
Posting Komentar