Aplikasi Chatting Kebal dari Mesin Sensor Rp200 M Kemkominfo
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian
Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), memastikan bahwa mesin
sensornya tidak bisa menyaring konten negatif di WhatsApp. Hal ini juga berlaku bagi aplikasi pesan instan dan media sosial lain.
Ia menjelaskan, bahwa mesin itu hanya dapat berfungsi menyaring konten negatif di dunia maya yang ada di situs yang terbuka. Dengan kata lain konten yang ada di dalam aplikasi seperti WhatsApp, Telegram, BBM dan semacamnya tidak bisa terdeteksi.
Dengan demikian, fitur GIF yang dipasang pihak ketiga di dalam aplikasi WhatsApp pun tak bisa difilter oleh mesin sensor yang tengah menjadi proyek Kemkominfo.
"Tidak bisa dong. Jadi, yang bermasalah itu ada aplikasi yang nempel di
aplikasinya (pesan instan)," kata Direktur Jenderal Aptika Kemkominfo
Semuel Abrijani Pangerapan saat ditemui di kantornya di Jakarta Pusat,
Senin (6/11).
"Mesinnya nyari terus. Selama dia open. Selama dia open kaya nyari di Google ya bisa," ungkap dia.
Menurut dia, adanya mesin sensor ini akan mempercepat pencarian konten negatif ketimbang menggunakan cara manual. Sebelumnya, penyaringan dilakukan manual lewat aduan warga dan pencarian oleh tim Kominfo.
Begitu menemukan adanya konten negatif, akan segera dilaporkan kepada platform terkait. Namun, jika itu berwujud website pihaknya akan melakukan pemblokiran secara langsung.
"Begitu ketemu akan dilporkan kepada pemilik platform. Kalau web, akan blokir langsung," kata Semuel.
Mesin itu sendiri hasil pengadaan dari Kemkominfo dengan biaya sedikitnya Rp200 milyar. Mesin bakal berguna menyaring konten internet yang beredar di Indonesia.
Saat ini masyarakat tengah dihebohkan dengan temuan konten berbau
pornografi pada aplikasi pesan instan WhatsApp. Konten porno tersedia
dalam gambar bergerak atau GIF.
Dari penelusuran CNNIndonesia.com kemunculan konten serupa dengan bentuk GIF, juga ditemui pada aplikasi lain, seperti chatting Google Hangouts dan Facebook Messenger.
Cara kerjanya juga hampir sama, pengguna cukup mengetikkan kata kunci tertentu untuk menggunakan GIF saat melakukan percakapan personal ataupun grup. Bukan hanya layanan medan instan, GIF juga mudah ditemui pada media sosial seperti Twitter dan Facebook yang mendukung format tersebut. (eks)
Ia menjelaskan, bahwa mesin itu hanya dapat berfungsi menyaring konten negatif di dunia maya yang ada di situs yang terbuka. Dengan kata lain konten yang ada di dalam aplikasi seperti WhatsApp, Telegram, BBM dan semacamnya tidak bisa terdeteksi.
Dengan demikian, fitur GIF yang dipasang pihak ketiga di dalam aplikasi WhatsApp pun tak bisa difilter oleh mesin sensor yang tengah menjadi proyek Kemkominfo.
"Mesinnya nyari terus. Selama dia open. Selama dia open kaya nyari di Google ya bisa," ungkap dia.
Menurut dia, adanya mesin sensor ini akan mempercepat pencarian konten negatif ketimbang menggunakan cara manual. Sebelumnya, penyaringan dilakukan manual lewat aduan warga dan pencarian oleh tim Kominfo.
Begitu menemukan adanya konten negatif, akan segera dilaporkan kepada platform terkait. Namun, jika itu berwujud website pihaknya akan melakukan pemblokiran secara langsung.
"Begitu ketemu akan dilporkan kepada pemilik platform. Kalau web, akan blokir langsung," kata Semuel.
Mesin itu sendiri hasil pengadaan dari Kemkominfo dengan biaya sedikitnya Rp200 milyar. Mesin bakal berguna menyaring konten internet yang beredar di Indonesia.
Lihat juga:Mempertanyakan Transparansi Mesin Sensor Kominfo |
Dari penelusuran CNNIndonesia.com kemunculan konten serupa dengan bentuk GIF, juga ditemui pada aplikasi lain, seperti chatting Google Hangouts dan Facebook Messenger.
Cara kerjanya juga hampir sama, pengguna cukup mengetikkan kata kunci tertentu untuk menggunakan GIF saat melakukan percakapan personal ataupun grup. Bukan hanya layanan medan instan, GIF juga mudah ditemui pada media sosial seperti Twitter dan Facebook yang mendukung format tersebut. (eks)
Komentar
Posting Komentar